#Post Title #Post Title #Post Title
Minggu, 15 Desember 2013

*)

Bara
bagaimana mematikan bara? menyiram dengan minyak tanah atau bensin kemudian menyulut dengan api, sepertinya ide bagus bukan? ah, bahkan BBM juga akan naik, mungkin membiarkannya mati perlahan atau mati mendadak oleh gerimis akan lebih baik!
Bara, yang membakar Arang menjadi Abu
[ Read More ]

(31/90/42)

Kereta Lamban 
Matahari terbit lamban
Atau, barangkali masih enggan
Seperti ku yang masih tertahan
Selamat datang, kota perantauan…
Selamat tinggal kota petualangan,
apa kabar kota kelahiran?
Semoga baik, kota keturunan

[ Read More ]

Mimpi




Pagi…
Masihkah kau terbangun dengan mimpi yang sama?
Maafkan aku, semalam aku datang  (lagi) dalam tidurmu…
Sayang, aku belum mengerti mimpi buruk atau mimpi indahkah engkau (?)
[ Read More ]

Bait Enam/ Jika Saja

Apa kamu memilih?
Dengan siapa kamu berbagi?
Aku yang juga masih enggan dan ragu
Sebagai apa aku menurutmu?
Aku pernah mengenal teman baikmu,
sebagai apa ‘aku’ pikirmu?
Ternyata bahkan tak kau jelaskan.
Mungkin sama sepertiku, enggan  dan akan selalu.
Aku menjelaskan kamu sebagai peneduh,
Pemilik senyum dan tatap mata mata kesukaan.
Pelipur walau tak lakukan papa.
Lalu aku?
Jika saja, jika saja ada harapan padaku.
Bisa kah aku kali ini meminta?
Berikan persis seperti permintaanku
Jangan lebihkan seperti biasanya,
Jangan tambahkan senyum,
Pun tatapan mengejar ‘ada apa?’ gayamu
Jika saja bisa, aku meminta
Anggaplah aku sebagai ‘penawar’ kegelapan.
Lilin, yang kobar takkan pernah putus asa
[ Read More ]

Bait Ketiga/ Kenapa AKU (!)

kesungguhan menggaungkan kebahagiaan
yang kemudian hidup di rongga hati
kamu pikir siapa aku?
benarkah harus ku gantungkan hidup padamu?
katamu, apakah aku?
Ibu? IBU? seperti orang yang melahirkanmu bukan?
sayang nak, pengorbanan ibu akan selalu lebih besar di banding anak.
sama sepertimu, sama sepertiku, dan sama seperti kita.
maka kenapa harus aku? karena yang harus berkorban adalah aku bukan?
karena yang patut mecintai adalah aku bukan? sedang anak boleh mencintai juga boleh tidak.
tapi, bahagiakah kamu nak? bersediakah kamu, jika ibu mengutukmu jadi batu Malin Kundang atau Tangkuban perahu?
katamu kisah kesukaanmu adalah Tangkuban perahu nak? dan kau ingin aku selalu dendangkan itu sebelum tidur nak?
ah nak, baginilah cinta ibu… taukah kau akhir cerita dari kutukan anak oleh ibunya adalah tentang penyesalan belaka… bukan KEPUASAN!
maka nak, catatlah! cinta ibu luaaaas sekali, bahkan jika sudah berjanji untuk tidak mencintaimu pun ibu akan tetap ingkar!
semoga selalu ingat ibumu nak, datanglah jika kau butuh ‘dekap hangat’ seorang “IBU”
[ Read More ]
Minggu, 10 November 2013

Kotak Sampah #1

kenapa gambarnya ini? rada gak nyambung, tapi biarlah. disini letak misterinya
Setelah kembali membaca tulisan beberapa teman yang dulu sangat di tunggu hadirnya setiap saat membuatku tersadar akan sesuatu. Apa tujuan utamaku membuat akun ini? Untuk 'alat' menyombongkan diri seperti banyak akun sosmed lainnya kah? Rasanya bukan, seingat saya secara resmi harusnya hanya ada 2 orang yang tau persis pemilik akun ini dan... apa yang bisa diharapkan dari dua orang cupu untuk mendukungku menjadi sombong? hha.

Nostalgia saat akun ini baru pertama dibuat. Awalnya, aku hanya berani menulis di angan. Iya, di angan-angan, saat-saat menjelang tidur dan menatap ke langit-langit ruangan aku bisanya mendendangkan sebuah puisi. Itu saja, tidak pernah jelas dan tidak pernah ada yang tau. Selanjutnya, aku hanya menulis di draft hp dan beberapa kertas yang bertebaran, di buku catatan sekolah, atau buku catatan utang piutang :D

Maka di buatlah aku ini, tujuannya satu : aku cuma pengen ada 'sesuatu' yang bisa menampung pikiran 'sampah' ku kapanpun dan tidak pernah mengeluhkan sesuatu. Dan, sekali lagi bahwa tak kutemukan satu manusia pun yang masuk dalam kriteria tersebut. Maka jadilah, 'sesuatu' itu berwujud blog.

Ampuh! Sejauh ini tujuan utama ku terpenuhi. Dalam kurun waktu (-/+) dua tahun ini, sudah terhitung puluhan ke enam menuju ke tujuh 'sampah' ku terorganisir. Mengagumkan bukan? meski ini bukan satu-satunya 'tempat sampahku'...

Setelah  melihat grafik aktivitas blog ini, baru aku menyadari bahwa pun seperti perasaan dan iman aktivitas ini juga mengalami fluktuasi. Belakangan, karena mendapatkan 'tempat sampah' baru maka aktivitas di sini nyaris nol. Bukan karena itu saja, satu hal yang membuat aktivitas ku jadi garis lurus adalah : Karena follow orang yang salah tapi kemudian nggak tau caranya unfollow (PUAS?)

Setelah kemudian mulai beraktivitas kembali disini, baru disadari 'gaya bahasa' 'gaya tulisan' dan 'jenis tulisannya' berbeda. Sepertinya sudah sedikit melenceng dari tujuan semula. Mungkin, bagi orang yang mengikuti sejak awal tau dimana letak perbedaan tersebut. Kamu, hey... iya kamu! Kamu tau dimana letak bedanya? hahaha :D
[ Read More ]
Selasa, 05 November 2013

Benda dengan Nyawa

Berapa kali aku mengungkapkan ini kepada beberapa orang. Kadangkala, harus diakui bahwa berbicara dengan 'benda' jauh lebih mudah dari pada berbicara dengan manusia. Nggak setuju? ya monggo saja, ini kan menurut saya. Faktanya, benda-benda itu bisa mendengarkan berbagai macam keluh kesah kita.Bukan, ini bukan sekedar alibi dari manusia tak berteman dan tertutup. Ini objektif meski dari hanya satu atau dua prespektif.


Saya termasuk orang yang percaya bahwa benda punya 'nyawa'. Tentu nyawa yang berbeda dengan nyawa pada manusia atau hewan pada umumnya. Saya punya beberapa benda kesayang dengan nilai historis yang sangat tinggi, meskipun dalam hal rupiah nilainya bahkan sangat kecil. Beberapa benda itu lah yang biasanya amat sangat setia mendangarkan keluh kesah saya. Mendengarkan tidak melulu soal telinga, berbicara, dan kata-kata, berbicara bisa lewat apa saja dengan media yang juga bermacam.

Biar ku beritahu, benda-benda tersebut selain bisa mendengar mereka juga mampu menyimpan berbagai macam kenangan. Senang, sedih, sakit hati, semua ada pada tempatnya. Tersusun rapi, dan selalu 'ada' kapan pun aku menginginkannya.

Apa itu berlebihan? Untuk manusia kompleks seperti saya rasanya hal tersebut tidak berlebihan sama sekali. Dalam imaji saya, bahkan benda-benda itu mampu berkomunikasi dua arah dan memberikan solusi atas apa yang sedang saya hadapi.  Benda-benda tersebut tentu saja benda spesial. Spesial bisa jadi karena bentuknya, cara mendapatkannya, pemberinya, atau karena benda itu sendiri sudah sangat spesial.

Sayangnya, perihal ini orang tak lagi banyak peduli. Dan tidak akan pernah sejalan dengan kemajuan teknologi yang berkembang cepat dan pesat. Orang sudah enggan untuk menjalin hubungan dengan benda-benda tersebut. Tidak ada lagi benda yang terlalu spesial, benda yang terlalu di sayang, dan sebagainya.

Lebih spesifik tentang benda kesayangan mungkin akan saya ceritakan selanjutnya. Saya hanya ingin menuliskan ini sebagai pengingat akan satu peristiwa besar dalam hidup saya. Serta dedikasi yang setinggi-tingginya untuk para benda-benda spesial.
[ Read More ]
Jumat, 25 Oktober 2013

Draft, aduh Draft

Sebenarnya, untuk orang dengan penderita akut seperti saya adanya draft akan cukup membantu mengingat ide yang akan dituliskan. Tapi, kadangkala draft tinggal lah draft semata. Dan sekarang hidup saya di penuhi dengan draft dan jadi pusing sendiri.

Di komputer, draft saya ada sekitar 30-an dan setiap liburan sudah saya programkan buat membasmi draft-draft tersebut, tapi walhasil... liburan tinggallah liburan dan draft tetaplah draft.

Selain dikomputer, masih ada lagi nih gudang penyimpanan draf saya. Blog. Ya, di blog ini juga ada draft sekitar 16 draft. Dan saya juga sudah programkan untuk tidak menulis postingan baru melainkan selesaikan draft dan kemudian baru posting. Tapi, seperti yang terlihat dan terpampang nyata bahwa ternyata nggak ada draft yang terselesaikan.

Selain di dua tempat tersebut, masih ada beberapa tempat penyimpanan draft. Di Hp juga ada beberapa, di buku-buku catatan, di kertas-kertas, dan lain sebagainya. Sudah tak terhitung lagi rasanya!

Inilah produk yang dihasilkan oleh manusia random seperti saya, dan entah sampai kapan draft ini akan tetap jadi draft. Perasaan saya mengatakan bahwa sepertinya draft saya justru akan terus bertambah dan terus bertambah seiring berjalannya waktu, entah lah...

*Jangan ditiru, kl ada yang kebetulan baca*
[ Read More ]
Jumat, 10 Mei 2013

Memalukan.

Siang itu, matahari tepat di ujung kepala. Agak aneh, melihat 3 mahasiswi gak jelas yang mondar-mandir di ruang super luas yang biasanya bisa menampung ribuan orang. Bingung, antara mendekati meja makan (yang ternyata nggak gratis) atau menyegerakan panggilan Ilahi. Tapi perut yang tak terkendali memaksa kami mendekati meja makan dan makan juga akhirnya, biarlah. Sekilas tatapan mata bertemu dengan tatap teduh dan meyakinkan itu. Hanya sekilas saja, 2 detik. 2 detik paling berharga, sudah lebih dari cukup.



*Bertahun kemudian...



"Dia janji akan datang..." wanita ini sendu dalam harap nya

"Dia tidak akan datang!" jawabku tegas



Aku lebih mengetahui apa yang dia rasakan, aku lebih dari sekedar tahu semua tentang dirinya. Semua, bahkan aku khawatir aku bahkan lebih tau dari dirinya sendiri. Ah... biarlah kesunyian ini jadi saksi.




"Dia bilang 'iya' ketika aku menawarkan untuk bertemu." Wanita ini masih berharap rupanya.




Ah, malas sekali aku aku menanggapi. Terserah, berbicaralah sesukamu. aku sedang tidak bernafsu mendebat. Bahkan kalau saja ia tidak nekat menyeretku dari tempat tidur pagi tadi, sekarang bahkan aku belum beranjak. Menyebalkan sekali, orang-orang yang sedang dimabuk cinta ini memang (sangat) merepotkan!




"Aku bilang mau datang sama sahabatku, aku sekalian mau kenalin dia sama kamu." Lanjutnya lagi




Ah... itulah bodohnya kamu. Tanpa mengajakku saja pria itu pasti enggan datang menemui mu, apa lagi kamu datang bersamaku--yang kau sebut sahabatmu-. Ah, sahabat apa! Kamu bahkan tidak tahu apa yang terjadi pada kami berdua beberapa tahun belakangan. Tentu, sebelum ketidaksengajaan yang mempertemukanmu dengannya (yang kamu sebut so sweet itu).




"Aku mau ke toilet." Kataku pendek sambil beranjak.




Aku akan menenangkan diri, sepertinya aku gugup. Walau aku yakin pria itu tidak akan hadir. Tentu, resiko terbesatnya adalah bertemu denganku.




Aku berjalan di koridor menuju toilet. Sepi, hanya bunyi telapak sepatu yang berhentakan dengan permukaan keramik mahal di bawahnya.


"Naaa..." Suara itu lirih. Lirih sekali, tapi aku mendengarnya dan menoleh.



Bodoh sekali kamu... kenapa kamu datang? Bukankah seharusnya kamu tidak akan datang? Aku tahu kamu, kamu pasti tidak akan datang. Tapi, tapi ...




"Aku mencintaimu..." Masih dengan lirih.




Kamu bodoh.

Aku acuh, tetap berjalan tegap di koridor sepi. Bersenandung dengan ketukan nada dari instrumen telapak sepatu dan permukaan keramik mahal.

[ Read More ]
Rabu, 03 April 2013

apa itu cinta, Kak?

sedetik kemudian diam terasa emas,
berharganya kemudian menjadi satu dua riak yang menggulung tepian pasir putih.
kembali ku bertanya, dalam diri, masih dalam diam,
apa itu cinta?

tak bertemu pada diri,
lariku pada langit, awan, ombak, pelangi, atau bulan kah?
ah, aku bukan pujangga pengemis kata

maka tanyaku sampai babak berikutnya,
bertanya pada yang nyata.
wujud tingkahmu tak laku bijak dan membawa
kak, apa itu cinta?
lalu apa itu jatuh cinta, kak?

tanya yang menggantung di langit.
rongga langit.
tetap tergantung, bahkan hingga bertahun kemudian.
hingga ku tau manisnya sendiri
hingga ku kecap pahit yang lain
juga kupaksa sembuh dari makna semu
juga kutahan diri untuk umbaran tak bermakna

meski indah,
azzam ku teguhkan.
bahkan hanya untuk 1, 2, 3 yang coba-coba
ini semua tentang titik, pantang berkoma sebelum kalimat selanjutnya !
ukir, dan nyata kemudian akan pula bijak jadinya.


[ Read More ]
Rabu, 27 Maret 2013

glek ! glek ! glek !


di antara ribuan orang disini, aku mencoba mengais
mengais, bahkan menangis
tak kutemukan seorang pun diantara kalian!

sadar, tapi hati tak mau mengerti
bahwa ini tak mungkin !

arghhh, aku benci !
apatis ku tak berhasil mengusir rasa itu
kali ini,
ini pertama kali ku gagal !

yang terus membayangi ku, 
mengikuti ku bahkan sampai sejauh ini,

kalian luar biasa !*

*bukan meniru kata-kata salah satu vokalis band ternama itu ya. Ini tulisan saya beberapa tahun yang lalu.
[ Read More ]

celoteh


terjatuh...
bangkit, lalu terjatuh
bangkit lagi, tapi jatuh (lagi)..bangun, dan perjalanan titik belum berakhir...

tapi siapa aku?
tanpa hati, tanpa puji, tanpa sakit hati
siapa aku?
tanpa teman, tanpa lawan, bahkan tanpa dendam

lalu, siapa aku?
terjatuh terjerembab perpuluh kali
lebih tau harus terus bangkit
tapi rengkuh jiwa tak mampu bertemu
sudah siapa aku, lalu untuk apa aku? 
[ Read More ]
Selasa, 05 Maret 2013

bukan lagi, bukan !

hari-hari ini bukan tentang jam 7 pagi sampai jam 2 siang
hari ini tentang unkonsisten

hri-hari ini bukan soal sebelahmu yang sama
hari ini soal 'aku tak kenal kau'

hari-hari ini bukan tentang berlarian dari teduh byang kering
hari ini tentang bagaimana harus berdiri

hari-hari ini bukan soal A sangat baik B baik
hari ini soal A sempurna dan B perfect

hari-hari ini bukan tentang 'aku mencintaimu'
hari ini tentang 'mengapa'

hari-hari ini bukan soal senyum indah
hari ini soal makna di baliknya

hari-hari ini bukan tentang 'apa kabarmu?'
hari ini tentang  dimana kamu!

hari-hari ini bukan lagi soal putih mu
hari ini tentang warna indah dari kalbumu

hari ini adalah tentang siapa kawan siapa lawan
hari ini adalah tentang mengapa dan bagaimana
hari ini adalah siapa menang siapa kalah
hari ini tentang sikut-sikut berkerut
hari ini tentang ambisi yang amat
hari ini tentang kekejian yang nyata

fluktuasi, depresi atau regresi?
dan hari ini entah kenapa, aku mulai muak!

[ Read More ]
Sabtu, 23 Februari 2013

Sudah bebas?


“Dak’wah akan terus berjalan, dengan atau tanpa kamu”

Agaknya kalimat tersebut merupakan satu petuah kuno, yang sejak jadi anak bawang waktu SMA pun sudah lazim saya dengar. Dan itu jadi satu kalimat sakti yang saya yakini kebenarannya. Ketika suatu ketika karena satu dan lain hal saya memutuskan diri untuk ‘keluar’ dari organisasi penebar kebaikan, kalimat ini juga yang menjadi semacam pegangan untuk saya.
Meskipun setelahnya saya mengumpat diri saya sendiri  atas keputusan untuk menyerah yang egois dan cenderung lemah menghadapi kehidupan diladang saya yang baru ini, namun toh saya masih membaca, mendengar dan sedikit melihat bahwa setelah saya tinggalkan forum tersebut agaknya biasa-biasa saja cenderung lebih baik dari sebelumnya.

 Stagnasi, carut-marut, hampa,  dan kacau justru ada pada diri saya paska keluar, merasa tidak berguna dan tidak ada yang bisa saya lakukan. Dalam diam sibuk kelimpungan mencari lagi tempat naungan yang tak kunjung terdapati itu sungguh menyakitkan dan menyayat hati. Mencoba move on, move on, move on, mencari semangat dari sumber yang lain, nyatanya kosong. Sementara tidak satu pun manusia yang di dapati jadi perantara solusi.

Merasa bersalah, merasa disalahakn, merasa kerdil, merasa asing tiap bertemu yang lain. Kemudian sekuat hati meyakinkan diri sendiri bahwa menebar kebaikan itu bermakna luas, dan siapa saja bahkan manusia sehina saya pun bisa melakukannya dengan mudah. Ketika keyakinan itu mulai tertanam, tanpa diduga bantuan datang. Semangat baru yang menggebu, motivasi kebaikan yang terteriakkan, orang-otang baru yang membiru, juga tokoh lama yang bereinkarnasi.  

Tapi ketika tanda kebangkitan dari ‘sakit’ ini nyata, ada saja yang mengingatkan pada sakit yang lalu. Tapi kali ini, dengan hati yang tertata rapi dan pikiran yang tak kalut lagi saya mengenangnya sebagai suatu hal yang tak lagi menyayat hati.seperti kebahagiaan, kutukan itu pilihan.

Terbebas dari kutukan itu ketika kamu mengenang yang sakit dengan baik
Terbebas dari kutukan itu bahagia mengingat nestapa
Terbebas dari kutukan itu ajaib bagai yang ghoib
Terbebas dari kutukan itu imajiner untuk yang sekuler
Terbebas dari kutukan itu  LUARBIASA J

#Aida13
[ Read More ]
Akumulasi kejadian menyayat; sakit hati, merasa di di remehkan, merasa semua yang di lakukan sia belaka, dan bentuk kekecewaan lainnya sebenarnya sudah mulai terobati dan sebagian potongannya sudah terhapus juga dari memori. Sampai kemudian pada suatu siang, terungkap satu kebenaran yang tak pernah terungkap dan sepertinya berniat untuk tidak diungkap. Kebenaran stimulan yang menggertak nurani dan membangkitkan kembali emosi mennggebu.  Kebenaran yang awalnya membuat siapa saja (apa lagi saya) tertawa, tentu saja! untuk ukuran laki-laki menangis di forum (meski mungkin tertutup sekalipun) adalah satu  hal yang amat sangat konyol. Tapi sedetik kemudian, rasa bersalah yang amat muncul karena mungkin sedikit banyak pemicu ‘nangis’nya adalah SAYA.

Sejujurnya, saya sendiri (seperti yang sudah disebutkan diatas) sudah lupa pada peristiwa tersebut bahkan ketika saya mencoba mengingat kembali kejadian tersebuat yang saya dapati dari ingatan saya adalah gambar semu belaka.

Tapi, atas fakta selanjutnya bahwa di forum siang itu (yang-maaf- seharusnya saya sudah tidak mau tahu tapi ternyata hal yang saya lakukan justru sebaliknya, sibuk mengorek info tentang ini dan itu) ternyata ada nama saya disebut dan mungkin sedikit banyak menjadi materi pembahasan mengganggu pikiran saya.

Untuk sededar diketahui, tentang alasan apa yang sebenarnya membuat saya ‘keluar’ sampai saat ini tidak seorang manusia pun yang tau benar, untuk itu tidak ada yang perlu di salahkan atau tidak perlu juga ada yang merasa bersalah. Apa yang menjadi keputusan saya di picu oleh akumulasi dari potongan-potongan peristiwa yang membuat saya sepertinya lebih baik untuk mundur.

Jadi, bait terakhir ini untuk siapa pun yang merasa marah, kecewa, tersakiti, atau bahkan terdzolimi atas apa yang pernah saya lakukan selama berinteraksi bersama kalian, (dengan kesungguhan yang dalam) saya memohon maaf. Juga terimakasih untuk ilmu-ilmu dan pelajaran berharga lainnya yang sudi kalian bagi untuk saya.Untuk 2 orang yang saya rasa paling peduli dan pernah ikut meneteskan air mata tanda kalian ikut merasakan apa yang saya rasakan, kalian berdua mas Bro 'n mbak Bro terima sungkem saya tanda maaf dan terimakasih yang amat sangat dalam.


[ Read More ]
Rabu, 20 Februari 2013

Makna tanpa kata

Saat-saat seperti ini
Pintu tlah terkunci, lampu tlah mati
Ku ingin pulang tuk segera berjumpa dengan mu

http://robbani-elkaromi.blogspot.com
Waktu-waktu seperti ini
Didalam selimut harapkan mimpi
Bayangan pulang tuk segera berjumpa dengan mu

Ku ingin kau tau, ku bergetar merindukan mu
Hingga pagi menjelang.. ahaa ahaaa


Ku ingin kau tu, ku bergetar merindukan mu
Hingga pagi menjelang.. ahaa ahaaa


Sesaat mata terpejam tirai imaji membuka
Semakin ku terlelap semakin jelas hangat senyuman
Tak ingin terjaga sampai aku pulang

Sesaat mata terpejam bintang-bintang menari indah
Iringi langkah mu rangkai mimpi yang semakin dalam
Tak ingin terjaga sampai aku pulang


Sheila On 7-- Ingin Pulang
Tidak yang lebih istimewa, selain kesederhanaan.
Tidak juga yang lebih bermakna, kecuali  hangat senyuman.
Tidak pula siapapun, kecuali darahmu sendiri.
-@13


[ Read More ]
Sabtu, 16 Februari 2013

Menebar KEBAIKAN

Ketika melihat sesuatu yang 'buruk', dasar nurani manusia ingin selalu merubah nya menjadi sesuatu yang lebih baik (setidaknya itu lah yang ku yakini sebagai fitrah manusia). Tapi bagaimana cara melakukan perubahan? masaing-masing orang punya banyak jawaban dan itu (begitu) di bolehkan (banget).

Dari satu niatan yang baik itu kemudian lahirkan banyak kecewa ketika tabir dari satu kebaikan tidak gamblang dapat di buka oleh manusia. Acara perubahan yang kemudian saya artikan sebagai menebar kebaikan di jadikan satu hal yang baku dan bisa menentukan ini itu. Ini itu yang tentu bukan sesuatu yang bermutu. Kekangan struktur yang kemudian dipandang sebagai laku yang yang patut untuk di sebut terpuji, padahal justru membuat manusia peka terhadap inti dari kebaikan yang hakiki. Toh setidaknya kebaikan itu tidak melulu di nilai dari atensi sebuah acara satu-dua jam belaka.

Oooh... alangkah picik manusia-manusia. Aku takut jika satu hari nanti senyum tidak masuk dalam daftar aturan kebaikanmu. Apa itu yang disebut mimpi? 

Rasanya orang yang sudah 'terkubur' dalam peti itu akan menangis untukmu sekarang ini. Karena kamu tidak pernah tau bagaimana rasanya pedih menyingkap belukar jika yang kamu lakukan sekarang hanya menari di atas hamparan rumput nan hijau bekas belukar leluhurmu.

Berkata : " Itu hal yang mudah. Kami bisa melakukannya dan kami akan mengajari kalian semua. haaaa... "

[ Read More ]
Jumat, 04 Januari 2013

desember dua tahun lalu

Saya sedang nostalgia dengan diri saya sendiri ketika mengingat sebuah kejadian di Desember dua tahun lalu, 2011. Kejadian memalukan dan membuat saya berteriak sendiri tiap kali mengingatnya. Gemes, geregetan atau semacamnya lah. 

Tapi nanti dulu, saya juga masih ragu untuk bercerita ^^v.... sangking malunya!
[ Read More ]
 
 

About Me

Foto Saya
ketika tak satu tempat pun layak untukmu, berusahalah. jangan berhenti pada satu titik melelahkan itu